hit tracker

Jumat, 27 Maret 2009

Ziarah tulisan

Kaifa haluk


Mbah panjalu kaifa haluk

Dalam kesendirianmu

Di tengah telaga rahmat-Nya

Dinginnya malam

Tak dapat memupus semangat pencari

Tuk sekedar berkunjung padamu


Sunan gunung jati kaifa haluk

Walaupun tak sampai di pusaramu

Hati ini telah berucap salam padamu


Raden fatah kaifa haluk

Perjuanganmu telah berbuah

Kedaulatan telah tegak

Cahaya terang terpancar

Dari kubah masjid demak


Sunan kalijaga kaifa haluk

Blimbing-blimbing iman menghias taman hati

Semilir angin kedamaian

Masih terasa di pesareanmu, kadilangu


Sunan kudus kaifa haluk

Kaki-kaki terbimbing menujumu

Liku-liku jalan menambah sempurna sebuah laku

Terdengar semilir lirih

Kaulah sang arsitek abadi

Menara kudus yang membahana

Mengokohkan perjuanganmu dalam peluh dakwah

Di atas pusaramu

Hati terasa dekat dengan Pangeran

Ketika kang santri nderes al quran

Ketika mas santri menghafal al quran


Sunan muria kaifa haluk

Di atas bukit muria

Bukan halangan bagi pencari

Wangi cendana mengelus hati

Memperhalus jiwa

Memperlembut bashirah


Sunan bonang kaifa haluk

Sebuah pemakaman sederhana

Untuk seorang wali besar


Sunan drajat kaifa haluk

Terik matahari membakar hati

Ketika masuk dalam kelambumu

Keteduhan memayungi hati

Di tengah rintihan extase para pejalan


sunan Drajat kaifa haluk

masih teringat ketika lillahi ta’ala diluncurkan

menyita kehendak

mengalir anggukan ritmis nafi itsbat

mengingatkan lagi extase di makam sunan drajat


sunan ampel kaifa haluk

di sini makam guru para wali berada

nisan tanpa kelambu telah tertancap berabad-abad

mengukuhkan tanda eksistensi ketulusanmu


sunan gresik kaifa haluk

pemakaman yang merakyat

namun tetap berkharisma

tak lapuk ditelan zaman


mbah zaid kaifa haluk

kenyataan sejarah yang dirahasiakan

hingga pesan menjaga sholat

APLIKASI PENGEMASAN KALENG DAN BOTOL KACA

DALAM INDUSTRI PANGAN

1. Kemasan Gelas

Gelas merupakan suatu produk anorganik yang dibuat melalui proses fusi yang dilanjutkan dengan pendinginan. Bahan yang biasa digunakan adalah silikat, kapur, dan soda. Setelah melewati titik fusi, campuran tersebut kemudian didinginkan. Gelas bersifat rigid. Namun, sifat tersebut tidak disebabkan karena proses kristalisasi. Proses kristalisasi tidak terjadi karena atom-atomnya tersebar secara amorphous acak. Hal ini berbeda dengan kristalisasi yang persebaran atom-atomnya kompak dan teratur.

Pembuatan gelas sebagai kemasan dilakukan secara mekanisasi, pertamakali dilakukan di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Kini, penggunaan pengemas ini masih tetap bertahan. Masih banyak produk-produk yang dikemas dengan pengemas gelas, misalnya sirup, kecap, saos, selai, bir, dan minuman berkarbonasi.

Botol Gelas sebagai pengemas kecap

  1. Bentuk

Gelas sebagai pengemas kecap, berbentuk botol. Botol yang dimaksud di sini yaitu berbentuk silinder dengan semakin menyempit pada bagian atasnya. Produsen memilih bentuk ini karena beberapa pertimbangan.

  • Leher botol yang sempit memudahkan konsumen untuk mengeluarkan kecap dari botol tersebut. Kecap akan keluar dengan terkontrol karena lubang pengeluarannya sempit. Bila lubang pengeluarannya terlalu besar maka kecap yang keluar sulit dikontrol sehingga besar kemungkinannya kecap akan banyak yang terbuang percuma.
  • Bila akan mengeluarkan isinya, konsumen tinggal membalik botol. Tidak memerlukan alat yang lain.
  • Dengan adanya penutup plastic yang telah dipotong, konsumen tidak perlu menutup botol tersebut karena kemungkinan kontaminasi dari luar kecil. Hal ini disebabkan karena kecilnya lubang pemotongan ketika akan membukanya pertama kali. Berbeda dengan bentuk jar (pembuka lebar). Pengemas gelas bentuk ini harus segara ditutup setelah selesai digunakan Karen amemiliki lubang yang cukup besar sehingga kemungkinan kontaminasi tinggi.
  1. Fungsi

Penggunaan gelas sebagai pengemas kecap bukan tanpa alasan. Produsen memilihnya dengan mempertimbangkan sifat-sifat dasar gelas. Sifat –sifat tersebut merupakan harapan produsen sehingga gelas sebagai pengemas tersebut dapat berfungsi sebagai pelindung produk kecap yang aman dan higienis karena gelas bersifat inert, yaitu tidak bereaksi dengan produk. Di era sekarang, jaminan keamanan seperti ini sangat dibutuhkan karena konsumen semakin menuntut kearah ini.

Selain itu, wadah gelas dapat menyimpan kecap untuk waktu periode yang lama tanpa efek perubahan pada kualitas dan flavor.

  1. Pengisian

Pengisian kecap ke dalam botol dolakukan dalam kondisi panas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi vakum pada head spacenya. Setelah filing, masih bisa dilakukan sterilisasi karena botol kaca meiliki sifat ketahanan yang tinggi terhadap suhu sterilisasi. Wadah gelas dapat dikenakan sterilisasi dan pasteurisasi in-bottle, baik untuk pengisian produk panas ataupun dingin. Tidak akan masalah sehubungan kondisi volume headspace dan kejutan panas yang akan dibuat. Pada prakteknya, hot-fill, produk diisikan pada 85oC dan selanjutnya didinginkan yang akan membutuhkan headspace minimum 5%.

Kondisi vakum di sini penting karena kecap merupakan sumber protein tingi dan mamiliki kemungkinan untuk ditumbuhi yeast. Kondisi vakum diharapkan dapat menghambat pertumbuhan spora yeast yang tahan terhadap pasteurisasi maupun sterilisasi..

  1. Penutupan

Tutup yang digunakan dalam produk ini bisa berupa logam yang berbentuk crown. Model penutupannya secara vakum. Kondisi vakum ini sangat diperlukan karena produk kecap merupakan produk yang nutriously, yang kaya akan protein sehingga mudah dimanfaatkan mikrobia untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Vakum dapat diciptakan dengan menghembuskan uap pada headspace. Model penutupan seperti ini mudah dan cepat sehingga biaya produksi dapat ditekan.

  1. Kemasan kaleng

Penggunaan kemasan kaleng banyak ditemukan pada beberapa produk pangan. Sekitar 78,05% dari total kemasan kaleng yang ada di bumi merupakan kemasan minuman. Kaleng untuk minuman dibedakan non-karbonatasi (kopi, teh, susu kental manis dan sport drink) dan karbonatasi (soft drink dan beer), dan lainnya adalah kaleng untuk pasteurisasi. Berikut ini merupakan review dari penggunaan kemasan kaleng pada produk susu kental manis.

Pemilihan bentuk kemasan kaleng tentunya berhubungan dengan biaya, penampilan fisik dan kompatibilitas dengan isi produk. Sebagai gambaran, harga bahan logamnya saja mencapai 50-70% dari total biaya wadah. Oleh karena itu, pemilihan bentuk ataupun desain kemasannya harus dapat ditentukan secara pasti sehingga dapat tercapai keseimbangan antara biaya yang dibutuhkan dengan keamanan yang dapat didapatkan dari kemasan untuk produk yang bersangkutan.

Bentuk dari kemasan kaleng pada produk susu kental manis adalah silinder. Ukurannya menurut standard yaitu 202x214. Maksud dari kode standard ini adalah diameternya 54mm dan tinginya 73mm. Bentuk seperti ini sudah lazim di pasaran untuk kemasan kaleng. Jarang tedapat kemasan kaleng dengan bentuk persegi. Padahal bentuk ini dapat memaksimalkan kapasitas ruang simpan. Namun, untuk mmbuat kemasan kaleng dengan bentukseprti itu tentunya memerlukan biaya besar karena harus melakukan tambahan proses pembentukan kaleng menjadi bentuk persegi.

  1. Fungsi

Penggunaan kemasan kaleng untuk produ susu kental manis sangat penting. Hal ini berkaitan dengan nilai ekonomis produk tersebut yang relatif tinggi sehingga diperlukan kemasan yang dapat memproteknya secara bagus. Ada beberapa fungsi dari penggunaan kemasan kaleng pada produk susu kental manis. Di antaranya adalah

· Melindungi produk dari kerusakan fisik dan mekanis. Sifat ini terutama didapatkan dari bahan baja sebagai penyusunnya. Baja yang digunakan merupakan baja rendah karbon(biasanya diproduksi sebagai plat hitam). Kemudian, dikonversikan menjadi tinplate atau tin-free steel (TFS) untuk wadah dan manufaktur penutup.Tinplate dibuat dengan coating elektrolic plat hitam black plate dengan lapisan tipis timah. Timah dilapiskan pada kedua sisi plat dengan ketebalan yang tepat internal untuk produk dikemas dan lingkungan eksternal.

· Melindungi produk dari kontaminasi udara luar. Kontaminasi ini dapat menyebabkan kerusakan pada produk. Kondisi seperti ini sangat penting dalam perlindungan produk susu kental manis karena beberapa alasan. Di antaranya yaitu

o Produk susu kental manis bernutrisi tinggi sehingga mudah ditumbuhi mikrobia perusak. Ketika kontak dengan udara luar terjadi maka hal pertama yang dapat ditebak adalah terserapnya uap air sehngga Ka dalam bahan meningkat. Penigkatan Ka ini sangat merugikan karena Ka semula yang rendah(akibat dari tinginya kadar gula sukrosa yang ada) meningkat dan memudahkan pertumbuhan mikrobia perusak.

o Produk susu dituntut memiliki higienitas yang tinggi. Kemasan kaleng mampu memenuhinya karena (salah satunya) dapat tahan terhadap suhu sterilisasi.

o Susu kental manis yang telah mengalami fortifikasi membutuhkan proteksi ekstra karena adanya beberapa bahan fortifikan yang sensitif terhadap cahaya, panas, dan O2. Kemasan kaleng diharapkan dapat berfungsi sebagai protektor dari beberapa ahl di atas.

  1. Pengisian

Pengisian (filling) produk susu kental manis ke dalam kemasan kaleng harus dilakukan di dalam ruang aseptis. Kondisi aseptis dibutuhkan untuk mencegah adanya kontaminasi dari luar. Di dalam pengisian, penting untuk menyediakan headspace yang cukup karena dapat mempengaruhi tingkat vacuum akhir (oksigen sisa mempengaruhi korosi internal dan kualitas produk), dan juga meminimalisasikan tekanan internal pada tutup kaleng selama pengolahan panas dan pendinginan.

  1. Penutupan

Penutupan kemasan kaleng susu kental manis menggunakan tipe penutupan double seam. Seam dibentuk dalam dua operasi, dari pembengkokan ujung/bibir kaleng dan pinggiran badan kaleng.

Humor

Salah Tafsir

Suatu pagi yang indah di sebuah sekolah di pondok pesantren, seorang ustad yang begitu berdedikasi mengajar murid-muridnya tentang betapa bahayanya minuman keras kepada mereka. Sebelum memulai pelajarannya sang guru mengambil dua ekor cacing yang masih hidup sebagai sampel, dan dua buah gelas yang satu diisi air mineral dan satunya lagi di isi dengan arak. Coba lihat baik-baik muridku, lihat bagaimana saya akan memasukkan cacing ini kedalam gelas, perhatikan baik-baik. Cacing disebelah kanan saya akan saya masukkan kedalam gelas yang berisi air mineral dan yang sebelah kiri akan saya masukkan kedalam gelas yang berisi arak. Perhatikan baik-baik.

Semua mata tertuju pada kedua ekor cacing itu. Cacing yang berada di dalam gelas berisi air mineral itu berenang di dasar gelas, sedangkan cacing yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi arak itu tergeletak mati. Si guru tersenyum lebar melihat semua muridnya memberikan perhatian kepada pelajarannya.

Baiklah anak-anak, Kesimpulan apa yang kamu dapat dari pelajaran yang saya tunjukan tadi

Dengan penuh yakin para murid menjawab, “UNTUK MENGHINDARI CACINGAN,..MINUMLAH ARAK!”

Kamis, 26 Maret 2009



Resensi Kitab “al kitab wa as sunnah, intabih!, diinuka fi khithrin”


KITAB KECIL DENGAN FAIDAH BESAR

Kaserat dening : Fath al Anam

Judul : al kitab wa as sunnah, intabih!, diinuka fi khithrin

Penyusun : Abi Abdillah Alawiy al Yamaniy

Penerbit : -

Tahun terbit : -

Jumlah halaman : 60 halaman

Cetakan ke : -

Belakangan ini semakin banyak kita jumpai beberapa organisasi yang mulai (sebenarnya hanya merupakan penerus dari funding father gerakan mereka) mengkritisi sebagian permasalahan-permasalahan agama yang bersifat furu’. Mereka seringkali mengecap bid’ah sesama muslim hanya karena pemahaman suatu masalah yang berbeda dengan mereka saja. Kasus seperti ini merebak luas di seluruh dunia Islam. Di tengah kemelut seperti ini, Syaikh Abi Abdillah alawiy al Yamaniy berusaha untuk memberikan kejelasan beberapa permasalahan tersebut. Bersama-sama dengan KH. Abdul Aziz Masyhuri, seorang ulama’ kharismatik NU yang sudah tidak asing lagi bagi kita, menyusun suatu kitab kecil yang berjudul al kitab wa as sunnah, intabih!, diinuka fi khithrin.

Kitab kecil tersebut cukup untuk dijadikan pedoman bagi kita, yang memiliki tendensi besar dalam mempertahankan tradisi-tradisi ulama terdahulu yang kini mulai terusik. Kitab ini terdiri dari sembilan fashl yang terapit oleh muqoddimah dan khatimah. Muqoddimah kitab ini secara garis besar menyatakan bahwa pada suatu zaman menjelang zaman akhir, keadaan serba terbolak-balik. Keimanan seorang hamba cepat berubah, pagi dalam keadaan iman, sorenya boleh jadi sudah kafir. Orang yang jujur akan didustakan, seorang pendusta akan dibenarkan. Orang yang dapat dipercaya akan dianggap pengkhianat dan seorang pengkhianat akan dianggap sebagai orang yang dapat dipercaya. Di dalam muqoddimah ini, secara implisit disampaikan mengenai keadaan realita sekarang yang cenderung membingungkan. Suatu keyakinan yang telah dianut berabad-abad kini mulai timbul ke permukaan sebagai suatu permasalahan krusial yang menyangkut nasib akhir seorang makhluk ; masuk surga atau neraka.

Fashl yang pertama menerangkan mengenai masalah tauhid. Permasalahan yang sekiranya banyak muncul di permukaan, secara lugas dan jelas ditampilkan ayat al Quran atau hadist yang berkenaan dengan masalah tersebut. Sebagai contoh, ketika ada pertanyaan di manakah Allah berada, diberikan keterangan dari al Quran yang intinya bahwa Allah berbeda dengan makhluknya. Dari sini dapat diambil pengertian bahwa ketika para makhluk membutuhkan suatu tempat maka Allah tidak seperti itu. Dia tidak membutuhkan tempat karena bila dinyatakan bahwa Allah membutuhkan tempat maka sama halnya dengan kita menyamakan Allah dengan makhluk. Tentunya hal ini bertentangan dengan ayat di atas. Selain masalah ini, ada beberapa permasalahan lain yang di sampaikan dalam fashl ini, dimulai dari pengertian tauhid, masalah pembagian tauhid, ayat musyabbihat, dll.

Fashl kedua menyangkut masalah bid’ah. Fashl ini merupakan fashl yang menyangkut permasalahan yang kini banyak menjamur. Kasus pembid’ahan yang membabi buta sudah mengatmosfer. Tidak sulit bagi kita untuk menemukan kasus pembid’ahan yang tidak bertanggung jawab. Seringkali suatu kelompok atau golongan menuduh kelompok lain banyak melakukan praktik bid’ah. Mereka selalu saja mendasarkan pada hadits Nabi yang menyatakan bahwa setiap bid’ah adalah sesat, setiap kesesatan adalah neraka. Pemaknaan sempit mengantarkan kita untuk dengan mudah menyatakan bahwa setiap sesuatu yang baru, yang tidak ada pada waktu Njeng Nabi, maka merupakan suatu bid’ah yang sesat. Di dalam kitab ini ditawarkan pemaknaan yang fleksibel. Tentunya, pemaknaan tersebut dengan mengacu pada pemahaman ulama’-ulama’ sekaliber Imam Syafi’iy, misalnya Imam Baihaqi, Imam Nawawi, Ibn Hazm, Iamam Ghozali, Imam as Suyuthi, as Assyaukani, Ibn Hajar al Atsqolani, dan Ibn Jauzi. Mereka menyatakan bahwa bid’ah tidak hanya terkekang dalam penafsiran yang tunggal. Secara global mereka menyatakan bahwa ada bid’ah yang bersifat baik, adapula yang jelek. Bid’ah yang jelek inilah yang sesat. Sebagai contoh, Imam Syafi’i membagi bid’ah menjadi dua, yang pertama yaitu bid’ah mahmudah dan bid’ah mazmumah. Bid’ah mahmudah adalah bid’ah yang sejalan dengan syara’ sedangkan bid’ah yang bertolak belakang dengan syara’ adalah bid’ah mazmumah.

Permasalahan yang terkait dengan maulud juga mendapat tempat khusus di dalam kitab ini. Maslah ini terkumpul di fashl yang ketiga. Banyak sajak-sajak maulud yang kita kenal saat ini, seperti Barzanji, Diba’, dan Simtud Duror. Telah lama sajak-sajak maulud ini bergema di angkasa nusantara. Namun, kini ritual pembacaan maulud mulai terusik. Lagi-lagi bid’ah dijadikan andalan untuk menyerang beberapa (banyak) kalangan pengamal maulud rosul. Wajar bagi kita apabila kemudian muncul keraguan atas keshohihan ritual yang selama ini kita praktikkan. Hal tersebut tidak lepas dari perhatian penyusun kitab ini. Di sini disampaikan bahwa maulud boleh-boleh saja. Analisa penyusun kitab ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada praktiknya maulud adalah suatu kegiatan di mana para muslimin berkumpul untukmembaca sebagian ayat al Qur’an, riwayat hidup Njeng Nabi, dan kemudian ditutup dengan do’a. Model analisa seperti ini seringkali digunakan oleh para ulama’ dalam menentukan kebolehan suatu kegiatan menurut syara’, misalnya tahlilan, selikuran, dekahan, dan beberapa tradisi lain yang merupakan adaptasi pelaksanaan syara’ di dalam suatu masyarakat.

Masih ada enam fashl lagi di dalam kita ini, yaitu masalah menyentuh mushaf tanpa memilki wudlu, masalah sholat, masalah kubur, masalah tawassul, masalah taqbil, dan tashawwuf. Sama dengan gaya penyampaian fashl sebelumnya, fashl-fashl tersebut tidak kalah menariknya. Masalah yang dimunculkan dapat terjawab dengan jelas sehingga dapat mempengaruhi psikologi pembaca. Rasa yakin akan kembali muncul karena argument yang diberikan berdasarkan ayat al Quran, hadits, dan qoul para ulama’ terdahulu yang terkenal memilki reputasi baik.

Kitab ini cukup tangguh untuk dijadikan rujukan dan pegangan bagi kita. Walaupun tipis, kitab ini telah mencakup dalil-dalil yang kuat sebagai dasar argument yang diberikan. Kitab ini disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, terutama bagi kita yang masih dalam proses pembelajaran. Diksi yang dipakai mudah. Pembahasan langsung menuju poin permasalahan yang dituju. Selain itu, metode penyampaiannya dengan metode tanya jawab.

Selain memiliki kelebihan-kelebihan, tentunya juga kitab ini juga memilki kekurangan. Sebagai kitab yang tergolong khalaf, seharusnya memenuhi beberapa aturan. Misalnya pencantuman penerbit, tahun terbit, dan urutan pencetakan (cetakan ke-). Kitab ini juga sulit diperoleh. Terutama di wilayah Jogja. Mengingat pentingnya kitab ini, sudah selayaknya untuk memperluas distribusinya. Usaha ini untuk mengimbangi peredaran buku yang diterbitkan oleh gerakan pembid’ahan yang tidak berdasar. Mereka telah menguasai banyak media, seperti televisi, majalah, bulletin, radio, buku, dan surat kabar.

Wallahu a’lam…..